Gunongan Pudar Seiring Berjalannya Waktu

 Sejarah gunongan mengingatkan kita pada peninggalan sejarah salah satu  pahlawan  Aceh yang merupakan sebuah bangunan yang dibuat oleh Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putro Phang. Menurut sejarah, Putro Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang - Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istana sang putri dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun disini tidak.

Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami. Begitulah sedikit sejarah mengenai gunongan ini.

Yang menarik saya lihat dalam sejarah ini, bahwa betapa besar rasa cinta Sultan kepada sang Permaisuri sehingga apapun Sultan lakukan demi melihat kebahagian sang permaisuri.

Tapi kenyataan yang saya lihat pada saat ini, bangunan gunongan kini tidak tampak lagi di mata masyarakat, terbukti dengan berkurangnya pengunjung.  Sejarah gunongan kini perlahan-lahan hilang di telan kesibukan masyarakat Aceh sendiri, sehingga masyarakat kurang tahu sejarah-sejarah yang seharusnya mereka ketahui.

Ide  ini muncul karena saya melihat gunongan semakin lama semakin luntur dan pudar dalam masyarakat Aceh. Maka dari itu, saran untuk pihak yang berwewenang dalam menjaga nama baik sejarah gunongan ini agar gunongan tetap dikenang masyarakat, sebaiknya gunongan di cat, tamannya di rapikan agar keindahan masih tetap terpancar laksana permaisuri sedang duduk memandangi lalu lalang masyarakat Aceh dari atas gunongan dan sebaliknya masyarakat Aceh akan mencintai sejarah yang ada di tanah airnya.